tbonfz

random writings.

“i.... may i sit on your lap?”


Eric lebih memilih untuk diam di sudut ruangan.

Hanya menyaksikan bagaimana lautan manusia bertopeng itu berdansa diiringi lagu-lagu klasik.

“Sial, topeng ini membuatku gerah.” ucapnya berharap angin sejuk datang menyapa.

Brak

Tidak. Itu bukan angin sejuk.

“Oh! Maaf telah menabrakmu.”

Ia mengenali suara ini. Eric sangat mengenali suara ini.

“Kau baik-baik saja?”

Itu Lee Jaehyun-nya. Dulu.

Eric lebih memilih untuk diam di sudut ruangan.

Hanya menyaksikan bagaimana lautan manusia bertopeng itu berdansa diiringi lagu-lagu klasik.

“Sial, topeng ini membuatku gerah.” ucapnya berharap angin sejuk datang menyapa.

Brak

Tidak. Itu bukan angin sejuk.

“Oh! Maaf telah menabrakmu.”

Ia mengenali suara ini. Eric sangat mengenali suara ini.

“Kau baik-baik saja?”

Itu Lee Jaehyun-nya. Dulu.

“Tiing. . Tiing. .”

Itu suara lonceng pada pintu cafe tempat Seungjun bekerja. Menandakan keberadaan pemuda mungil yang sekarang sedang menyembulkan kepalanya, mengintip dari balik pintu kaca itu.

Seungjun yang sibuk merapikan barangnya dengan refleks menghentikan sebentar kegiatannya tadi dan melihat ke arah pintu.

Memberi salam, “Good afternoon, Sel-”

“Halo! Aku ingin menjemput pangeran tampan.”

Serobot sang pemuda mungil, Yuto. Senyum lebar terpatri di wajahnya sambil ia berjalan mendekat ke arah Seungjun yang berada di dekat coffee maker itu.

“Astaga, kau rupanya. Beruntung saat ini hanya ada 3 orang pelanggan disini..”

“hehe.. maaf, aku hanya terlalu bersemangat!!”

Keduanya tertawa setelah kejadian kecil tersebut. Di tengah-tengah tawa kecil mereka, tangan seungjun beralih mengusak kepala yang lebih muda.

“IHH! TANGANMU BEKAS KRIM ROTI, KAK!” “Biarkan sajaa, toh dirimu juga manis seperti roti tadi hahaha..”

Ada-ada saja memang remaja ini.


Long short story, sepulang dari cafe tempat seungjun bekerja, kini mereka sedang duduk di sebuah taman yang bisa dikatakan cukup senggang untuk sore hari ini.

Klasik, namun beginilah cara yuto dan seungjun menghabiskan waktu mereka berdua. Sangat sederhana. Kadang kala bermalam di apartemen milik salah satu dari mereka, hunting berbagai macam cafe maupun angkringan, atau seperti saat ini.

“Hari ini melelahkan, ya?” tanya yang lebih tua menatap insan yang bahunya ia pinjam sebagai bantal.

“Hei, harusnya aku yang bertanya hal itu padamu, kak.”

“Jawab saja, kecil.”

Yuto terlihat berpikir sembari menatap sekitarnya. Ia mulai menceritakan bagaimana ia dan tim dancenya berlatih dengan keras karena sudah mendekati perlombaan.

Seungjun beranjak bangun dari bahu tempat bersandarnya tadi dan meraihnya, “Oh my god, my big baby! you've done your best, kecil! you deserve a good hug, come here!”

Di tengah-tengah taman itu, mereka berpelukan. Menghantarkan rasa hangat dari dalam hati, satu sama lain. Saling memberi semangat.

“Thank you so much..” ucap Yuto setengah berbisik. Menoleh ke arah ceruk leher Seungjun dan meninggalkan kecupan halus di bawah telinganya.

Yuto melepaskan pelukan itu dan tiba-tiba menarik tangan Seungjun. Matanya berbinar.

“Aku menyayangimu, kak. Ayo kita pergi, aku ada sesuatu untukmu!”

“Aku juga sangat sangat menyayangimu, kecil. Okay. . tapi kita mau kemana?”

“Lihat saja!” ucap yang lebih muda penuh semangat.

☆ vminkook!christmas eve | 100+ words | polyamory |

hari ini adalah malam natal.

biasanya semua orang akan menyambut natal dengan meriah, tetapi tidak tahun ini. suasana natal kali ini agak sedikit berbeda dan agak “sepi”.

walaupun begitu, orang-orang masih bisa merayakan natal secara kecil-kecilan. seperti ketiga orang ini. jimin, taehyung, dan jeongguk.

menatap tayangan televisi dengan khidmat sembari terduduk nyaman di depan sofa adalah bagaimana mereka menghabiskan natal tahun ini.

kepala jimin yang awalnya mendarat nyaman pada bahu taehyung kini terangkat “pengen coklat panas.. ayo bikinnn” mengajak para kekasihnya untuk bangkit dari sofa dan mulai menuju dapur untuk membuat minuman hangat itu.


mereka kembali duduk di sofa.

tak banyak lisan yang diutarakan. hanya menikmati hangatnya coklat panas dan suasana saat ini sambil melanjutkan menonton tayangan televisi tadi.

taehyung merasa sangat beruntung memiliki mereka berdua. mengingat kembali bagaimana awal pertemuan mereka bertiga, hingga sekarang telah genap 2 tahun menjalani hubungan ini.

tanpa aba-aba, dikecupnya pelan kepala dan pelipis kedua kekasihnya. “sayang banget aku sama kalian.”

jimin dan jeongguk mendekat dan membalas kecupan taehyung pada pipinya.

“Merry Christmas, taehyungie! we love you too.”

Tok.. tok.. tok..

Mild segera membukakan pintu untuk Namtan. Jalannya sedikit tertatih karena menahan keram di perutnya. Ia mempersilahkan Namtan masuk ke dalam apartemennya. Mild terduduk di sofa karena ia rasa sudah tidak bisa menahan nyeri pada perutnya.

“Yaampun sayang, aku buatin air hangat ya? buat kompres. Mau baringan disini atau di kamar kamu?” Namtan bertanya. Ada sedikit nada khawatir disana.

“Disini aja deh, udah ga kuat banget buat jalan.” Mild menjawab. Namtan mengangguk mengiyakan ucapan Mild. Ia bergegas menuju dapur untuk membuatkan air hangat. Menanyakan Mild dimana letak handuk kecil untuk mengompres dan segera mencucinya sedikit.

Setelah 10 menit, Namtan kembali menghampiri pacarnya itu di sofa ruang tamu. Mild berbaring sambil memejamkan matanya. Namtan hanya bergeleng-geleng kecil melihat pacarnya itu. Ia meletakkan wadah berisi air hangat dan handuk kecil di atas meja kecil di dekatnya. Kemudian sedikit mengelus kepala Mild agar ia terbangun.

“Mild... wake up, ayo dikompres dulu perutnya.” Mendengar itu Mild langsung membuka matanya perlahan. “Thank you, babe.” katanya.

“Your welcome. Aku tau banget rasanya sakit gini kaya gimana, semoga nanti habis dikompres bisa sedikit berkurang ya nyeri perutnya.” Ucap Namtan sambil merendam handuk kecil itu. Disentuhnya perut Mild dengan lembut dan mengusapnya perlahan.

“Bajunya agak diangkat ya? sama bawahan kamu agak diturunin sedikit.” Mild hanya menurut mendengar instruksi dari pacarnya tersebut. Namtan membubuhkan beberapa kecupan kecil nan manis pada perut Mild. Ia terkikik dan sedikit blushing akibat perlakuan pacarnya.

Setelahnya, Namtan mulai meletakkan handuk kecil hangat itu di perut Mild. “Sayang ambilin hp aku dong? boleh?” kata Mild. Namtan mengangguk mengiyakan ucapannya. “Ambilin hp? sure, boleh kok.. dimana?”

“Di kamar hehe, di atas kasur.”

“Okay.. sebentar yaa”

Namtan kembali sambil membawa ponsel kekasihnya itu.

~Dalam Mobil

Earth sedang bermain handphone, hingga gerakkan kaki dari orang di sebelahnya—Mix—sukses mencuri atensinya. Earth hanya tersenyum mengamati “partner” nya yang sekarang juga memainkan jari-jarinya sendiri itu. Rupanya Mix gugup. Perlahan tangannya mengusap lembut bahu Mix, mencoba menenangkannya. Mix yang tersadar akan hal itu langsung menoleh ke arah Earth, tatapannya seakan bertanya “apakah semua akan baik-baik saja disana?”. “Foto yuk?” ucap Earth mencoba mengurangi sedikit rasa gugup yang dihadapi Mix. Ia mencari filter instagram favoritnya lalu mengarahkan kamera ke hadapan mereka. “Hahaha aku yakin nanti fans pasti misuh-misuh lihat ini, tulisannya nutup muka banget.” ucap Mix dengan sedikit tawa manisnya. “Ya emang tujuan aku begitu sih...” balas Earth yang langsung menerima hadiah pukulan halus dari Mix. Dasar jahil. “Udah ga usah gugup lagi, kamu pasti bisa kok. Semangat!” Mix mencerna dengan baik kalimat penenang yang diberikan Earth. Hatinya merasa sedikit lega. “Thanks a lot, kak.” ucap Mix yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh Earth.

“Bisakah kalian memberitahu kami sedikit cuplikan adegan dari drama seri yang akan kalian mainkan ini?” Ucapan sang MC dibalas dengan sorak-sorai para penonton di acara tersebut. P'Aof hanya tertawa melihat respon dari EarthMix yang bisa dibilang seperti tampang kaget dan malu-malu. “Ayo dong tunjukin.” ucap P'Aof mengompori Earth dan Mix. Tak ingin membuat fans menunggu, mereka berdua pun bersiap mengambil posisi adegan yang cukup ikonik itu. Adegan dimana Tian agak kesulitan memasang tirai dan akhirnya Ia dibantu oleh Phupa. “5.. 4.. 3.. 2.. 1.. Action!!” Mix dengan sedikit gugup memulai adegan tersebut. Earth mulai memainkan perannya sebagai Phupa, Ia mulai mendekatkan dirinya dengan Mix. Sangat dekat. “Biar ku bantu, seperti ini caranya.” ucap Earth memainkan perannya dengan sangat handal. Mix sempat tersentak beberapa saat, terkejut dengan pembawaan acting Earth yang membuatnya cukup merasakan debaran itu. Saat Mix hendak berbalik untuk melanjutkan adegannya, Ia sedikit kesulitan karena Earth yang terlalu dekat dengannya sehingga Ia sedikit hilang keseimbangan dan berakhir di pelukan Earth. Penonton kian bersorak melihat kejadian itu. “Kak, aku malu banget ini tolong.” ucap Mix lirih. Earth hanya tertawa sembari membalikkan tubuh Mix, “Ga apa-apa hei, tuh liat orang-orang pada excited semua hahaha.” bisik Earth lembut. Melihat reaksi para penonton dan orang-orang di sekitarnya, Ia langsung tersenyum malu dan akhirnya tertawa bersama Earth.

“You've did great, Mix.”

“You too, Kak. Great Job.” for making my heart beat faster than usual.

9 hari kemudian...

“Dek, coba bukain pintu itu ada tamu!”

“Bentar ma, lagi siram kaktus!” sahut Mix kepada mamanya itu.

Mix bergegas menyelesaikan kegiatan menyiram tanamannya untuk menghampiri tamu yang datang tersebut. Senyum sumringah Ia tujukan kepada sosok tegap yang baru melangkah keluar dari mobilnya tersebut. Itu kekasihnya, Earth Pirapat. Dengan langkah kecil nan semangat, Mix pun menghampiri Earth. Jujur, Mix cukup kaget karena Earth tidak mengatakan apapun sebelumnya tentang jam berapa Ia akan berangkat ke rumah Mix.

“Kok ga bilang sih.. aku jadi belum siapin apa-apa tau.” Tolong, ekspresi cemberut ini membuat Earth gemas.

“Surprise!! hahah... sini?” ujar Earth sambil merentangkan tangannya lalu merangkul Mix ke dalam pelukan penuh kerinduan itu.

Hingga tiba-tiba ujaran mama Mix terdengar, “Mix? Adek? Tamunya siapa kok ngga diajak masuk?”

Keduanya malu, setelah kedapatan tengah berpelukan mesra di depan rumah oleh sang mama.

Ah... benar-benar anak muda.


Setelah masuk dan sedikit berbincang dengan sang mama, Mix dan Earth memutuskan untuk menuju kamar milik Mix. Dilihat-lihat, kamar ini tidak jauh berbeda sejak kurang lebih sebulan lalu Earth terakhir mengunjunginya. Nuansa hangat dengan meja kerja kecil berisikan beberapa bingkai foto Mix dan dirinya, beberapa alat tulis kerja, dan kaktus kecil yang sempat Mix ceritakan padanya minggu lalu.

“Itu ya? kaktusnya? beneran lucu sih.” tanya Earth

“Coba bayangin deh, kita dibayar karena lucu.” Beginilah Mix, dengan segala ucapan random yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.

“Hahah.. pasti kamu bakalan kaya. Soalnya kamu lucu banget, aku ga sanggup.” Earth menanggapinya dan berakhir dibalas pukulan pelan dari Mix.


Cukup panjang perbincangan mereka setelah perdebatan kecil itu. Tentang bagaimana kehidupan Earth disana dan keadaan Mix disini, bercerita tentang ulah Cimot —kucing peliharaan Mix— yang sering mengganggunya ketika sedang membuat laporan.

—Apartemen Earth pukul 22.45 WIB

Sudah sejak 15 menit lalu Earth memeluk Mix dari belakang sambil terus memanggil namanya manja, berharap kekasihnya itu luluh dan mau menuruti permintaannya.

“Mix~ sekali aja please. . . aku janji langsung bobo!”

“Yaudah iya, mana sini bukunya. Beneran langsung bobo ya! Besok jadwal kamu padat banget, aku gak mau kamu kecapean kak.”

Deal! Yay hehe sayang kamu.” ucap Earth sambil mengusakkan kepalanya di rambut selembut kapas milik Mix itu.

Mereka beranjak ke atas tempat tidur dan mencari posisi ternyaman. Bersandar pada headboard dan memakai selimut. Earth menyerahkan buku pada Mix yang Ia minta untuk membacakannya.

“Kak. . . Really? 'Three Little Pigs'?? You like this kind of stories?”

Earth hanya memainkan jari-jarinya sambil menggigit bibirnya gugup, tidak berani menatap Mix.

“I-iya. . . biasanya aku memang b-baca ini biar bisa tidur nyenyak.”

Yang lebih muda hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dengan hati-hati Ia meletakkan kepala Earth di pundak kecilnya, mengelusnya lembut dan sesekali membubuhinya dengan kecupan manis.

“Lucu banget kamu, kak. Gemas aku. Pacar siapa sih, hm?”

Earth menoleh, “Pacar Mix!” serunya.

“Hahaha. . . Udah-udah gak jadi tidur deh kalo ngobrol terus gini.” ujar Mix sambil tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya itu.

“Ok aku bacain ya, kak. This is the story about three little piglets that decided to go and live in the woods and build one house for each one of them.


pukul 23.58 WIB

”-and They lived happily ever after.

Mix menoleh untuk melihat apakah orang di sebelahnya ini sudah tidur atau belum. Setelah didengarnya nafas teratur dari Earth, dengan hati-hati Ia letakkan buku cerita tadi di buffet kecil di samping tempat tidur dan mematikan lampu. Mix lalu membenarkan posisi tidur Earth dan dirinya agar bisa tidur dengan nyenyak.

Good night, kak Earth. Have a sweet dreams.

Pada akhinya, kedua insan itu tertidur lelap sambil memeluk satu sama lain.

~THE END~

Sore itu di Adiwara Dara Ayu Villas, terlihat Mix sedang merenung sambil menikmati keindahan sunset. Jari-jarinya bergulir pada layar ponselnya, menelusuri berbagai destinasi wisata yang mungkin akan dikunjunginya selama di Pulau Dewata ini.

“Ke Bukit Campuhan? Atau ke Desa Wisata Ubud ya?? hmm... Eh kesini aja deh, Pura Tirta Empul. Ok Mix, ayo siap-siap!” ucapnya pada diri sendiri dan mulai menyiapkan barang-barang keperluannya untuk esok hari.


Setelah 43 menit perjalanan bersama ojek, sampailah Mix ke Pura Tirta Empul yang terletak di daerah Tampak Siring ini. Baru sampai di Jaba Pura, Ia dibuat sangat kagum akan arsitektur yang membangun Pura yang sudah ada sejak tahun 962 Masehi ini.

Tujuan Mix memilih destinasi wisata ini, tentu saja karena ia ingin mencoba melakukan ritual melukat atau pembersihan diri sekalian menyatu dengan alam katanya.

“Siapa tahu, habis melukat nanti gue tambah ganteng.” Guraunya.

Setelah berganti pakaian menggunakan atasan kaos putih polos dan kain kamen yang dililitkan di pinggang, Ia memutuskan untuk mengabadikan momen ini lewat kameranya. Mix terlihat kesulitan saat ingin memotret dirinya sendiri dengan pemandangan orang-orang melukat sebagai latarnya, maka Ia mencoba meminta tolong pada siapapun yang lewat dihadapannya untuk mengambil foto dirinya.

“Bli... boleh minta tolong, gak?” Pria berperawakan tegap dan berkain kamen batik gelap itu menoleh setelah merasa seseorang memanggilnya.

“Eh... tiang?” (trans: Eh... saya?) “Iya iya, Bli yang saya panggil.”

Terlihat pria itu terdiam sejenak, sebelum berjalan menghampiri Mix.

“Wenten napi nggih?”

Mix melongo, tidak mengerti apa yang dikatakannya. Pria itu menyadari ekspresi bingung lawan bicaranya yang bisa dibilang terlihat lucu di matanya, cepat-cepat Ia mengoreksi

“Maksud saya, ada apa ya? Kenapa kamu manggil saya?” “Ohh gini Bli, saya mau minta tolong difotoin. Boleh gak?” “Panggil saya Bli Erd aja. Boleh... sini-sini!”

Mix buru-buru membenahi dirinya dan menampilkan senyum terbaiknya agar terlihat bagus saat difoto.

1... 2... 3... Cekrek!

“Wih bagus loh hasil fotonya, Bli. Makasih ya!” ucap Mix kegirangan sambil mencakup kedua tangannya.

“Nggih, mewali. Kamu baru mau melukat, ya?” “Iya Bli Erd, saya mau melukat. Tapi foto-foto dulu hehe.” “Oh gitu... ya sudah barengan aja sama saya nih, Bli juga mau ke Jaba Tengah tadi tapi keburu dipanggil sama kamu.”

Mix terlihat berfikir, merasa agak tidak enak pada Bli Erd ini karena sudah menyita waktunya.

“Engga apa-apa nih, Bli Erd?” “Loh ya jelas engga apa-apa. Ayo keburu rame nanti orangnya.”

Setelah meletakkan kameranya, Mix dan Earth buru-buru memasuki area Jaba Tengah di mana terdapat dua kolam dengan 13 pancoran dengan makna berbeda-beda disetiap kolamnya. Dua insan ini terlihat asik mengobrol seperti teman yang sudah kenal lama, walaupun nyatanya mereka baru bertemu setelah insiden “foto” tadi.

“Ngomong-ngomong... sira parabne niki? uling tunian ajak ngorte kéwale tiang durung uning parab ragané hahaha.” (trans: ... siapa namamu? dari tadi kita ngobrol tapi saya belum tahu namamu hahaha.) ucap Earth dengan suara berat nan medok khas Bali-nya yang membuat Mix ternganga, lagi.

“Maaf-maaf hahaha, saya tanya nama kamu siapa?” “Oalah... nama saya Mix, Bli.” “Mix ya? Senyum kamu manis banget, saya suka.”

Pipi Mix spontan menghangat setelah mendengar pujian dari Bli Earth tersebut. Meskipun suasana berubah canggung, Mix tidak lupa mengucapkan terimakasih atas pujian yang diberikan untuknya.

Tak menunggu lama lagi, kedua pria ini memulai ritual melukat mereka dengan khidmat sambil menikmati segarnya air pancoran dan debaran mengasikkan di dada mereka.


Siapa yang menyangka, pertemuan tidak terduga di Pura Tirta Empul itu mampu membuat Earth dan Mix menjadi sepasang kekasih sekarang. Meskipun artinya mereka harus menjalani hubungan LDR Jakarta-Bali, komunikasi antara keduanya masih sangat-sangat lancar.

Tak jarang demi mengobati rasa kangen, mereka mengunjungi satu sama lain. Entah itu Bli Earth yang terbang ke Jakarta, atau Mix yang terbang ke Bali.

Seperti saat ini, setelah seharian jalan-jalan di seputaran daerah Sanur, mereka memutuskan untuk menyaksikan indahnya sunset di pantai Mertasari sambil menyantap lumpia dengan bumbu tauco.

“Bli Erd, suksma nggih sampun nyarengin tiang nelokin sunset driki.” (trans: Bli Erd, makasih ya sudah nemenin saya ngelihat sunset disini.) ucap Mix dengan senyuman lembut yang membuat Earth jatuh cinta itu.

“Wih... udah bisa bahasa Bali nih ceritanya?” “Bisa dong, kan diajarin!” “Mboeee, emang siapa yang ngajarin kamu?” “Siapa ya? pokoknya dia orang Bali terus pacarnya Mix!!”

Melihat tingkah kekasihnya itu, Earth mengacak rambut Mix gemas.

“Ihh kamu ni ya!” “Engken?? masalah?” (trans: kenapa?? masalah?) ucap Mix sambil menjulurkan lidahnya, meledek Earth.

“Ah ngambul gen suba neh.” (trans: Au ah aku ngambek aja.) rajuk Earth.

Mix tertawa melihat tingkah laku kekasihnya dan berakhir memeluknya dengan erat.

“Mix sayang Bli Earth.” ucap Mix sambil mengedip-ngedipkan matanya lucu.

“Bli sayang Mix juga.”

~THE END~