“Tiing. . Tiing. .”
Itu suara lonceng pada pintu cafe tempat Seungjun bekerja. Menandakan keberadaan pemuda mungil yang sekarang sedang menyembulkan kepalanya, mengintip dari balik pintu kaca itu.
Seungjun yang sibuk merapikan barangnya dengan refleks menghentikan sebentar kegiatannya tadi dan melihat ke arah pintu.
Memberi salam, “Good afternoon, Sel-”
“Halo! Aku ingin menjemput pangeran tampan.”
Serobot sang pemuda mungil, Yuto. Senyum lebar terpatri di wajahnya sambil ia berjalan mendekat ke arah Seungjun yang berada di dekat coffee maker itu.
“Astaga, kau rupanya. Beruntung saat ini hanya ada 3 orang pelanggan disini..”
“hehe.. maaf, aku hanya terlalu bersemangat!!”
Keduanya tertawa setelah kejadian kecil tersebut. Di tengah-tengah tawa kecil mereka, tangan seungjun beralih mengusak kepala yang lebih muda.
“IHH! TANGANMU BEKAS KRIM ROTI, KAK!” “Biarkan sajaa, toh dirimu juga manis seperti roti tadi hahaha..”
Ada-ada saja memang remaja ini.
Long short story, sepulang dari cafe tempat seungjun bekerja, kini mereka sedang duduk di sebuah taman yang bisa dikatakan cukup senggang untuk sore hari ini.
Klasik, namun beginilah cara yuto dan seungjun menghabiskan waktu mereka berdua. Sangat sederhana. Kadang kala bermalam di apartemen milik salah satu dari mereka, hunting berbagai macam cafe maupun angkringan, atau seperti saat ini.
“Hari ini melelahkan, ya?” tanya yang lebih tua menatap insan yang bahunya ia pinjam sebagai bantal.
“Hei, harusnya aku yang bertanya hal itu padamu, kak.”
“Jawab saja, kecil.”
Yuto terlihat berpikir sembari menatap sekitarnya. Ia mulai menceritakan bagaimana ia dan tim dancenya berlatih dengan keras karena sudah mendekati perlombaan.
Seungjun beranjak bangun dari bahu tempat bersandarnya tadi dan meraihnya, “Oh my god, my big baby! you've done your best, kecil! you deserve a good hug, come here!”
Di tengah-tengah taman itu, mereka berpelukan. Menghantarkan rasa hangat dari dalam hati, satu sama lain. Saling memberi semangat.
“Thank you so much..” ucap Yuto setengah berbisik. Menoleh ke arah ceruk leher Seungjun dan meninggalkan kecupan halus di bawah telinganya.
Yuto melepaskan pelukan itu dan tiba-tiba menarik tangan Seungjun. Matanya berbinar.
“Aku menyayangimu, kak. Ayo kita pergi, aku ada sesuatu untukmu!”
“Aku juga sangat sangat menyayangimu, kecil. Okay. . tapi kita mau kemana?”
“Lihat saja!” ucap yang lebih muda penuh semangat.