Tok.. tok.. tok..
Mild segera membukakan pintu untuk Namtan. Jalannya sedikit tertatih karena menahan keram di perutnya. Ia mempersilahkan Namtan masuk ke dalam apartemennya. Mild terduduk di sofa karena ia rasa sudah tidak bisa menahan nyeri pada perutnya.
“Yaampun sayang, aku buatin air hangat ya? buat kompres. Mau baringan disini atau di kamar kamu?” Namtan bertanya. Ada sedikit nada khawatir disana.
“Disini aja deh, udah ga kuat banget buat jalan.” Mild menjawab. Namtan mengangguk mengiyakan ucapan Mild. Ia bergegas menuju dapur untuk membuatkan air hangat. Menanyakan Mild dimana letak handuk kecil untuk mengompres dan segera mencucinya sedikit.
Setelah 10 menit, Namtan kembali menghampiri pacarnya itu di sofa ruang tamu. Mild berbaring sambil memejamkan matanya. Namtan hanya bergeleng-geleng kecil melihat pacarnya itu. Ia meletakkan wadah berisi air hangat dan handuk kecil di atas meja kecil di dekatnya. Kemudian sedikit mengelus kepala Mild agar ia terbangun.
“Mild... wake up, ayo dikompres dulu perutnya.” Mendengar itu Mild langsung membuka matanya perlahan. “Thank you, babe.” katanya.
“Your welcome. Aku tau banget rasanya sakit gini kaya gimana, semoga nanti habis dikompres bisa sedikit berkurang ya nyeri perutnya.” Ucap Namtan sambil merendam handuk kecil itu. Disentuhnya perut Mild dengan lembut dan mengusapnya perlahan.
“Bajunya agak diangkat ya? sama bawahan kamu agak diturunin sedikit.” Mild hanya menurut mendengar instruksi dari pacarnya tersebut. Namtan membubuhkan beberapa kecupan kecil nan manis pada perut Mild. Ia terkikik dan sedikit blushing akibat perlakuan pacarnya.
Setelahnya, Namtan mulai meletakkan handuk kecil hangat itu di perut Mild. “Sayang ambilin hp aku dong? boleh?” kata Mild. Namtan mengangguk mengiyakan ucapannya. “Ambilin hp? sure, boleh kok.. dimana?”
“Di kamar hehe, di atas kasur.”
“Okay.. sebentar yaa”
Namtan kembali sambil membawa ponsel kekasihnya itu.